dipanews.id, Maros – Sebanyak 21.139 jiwa di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, terdampak krisis air bersih akibat kekeringan yang melanda wilayah ini.
Sekretaris BPBD Maros, Nasrul, mengatakan kekeringan ini sudah melanda empat kecamatan, yaitu Bontoa, Lau, Maros Baru, dan Marusu.
“Wilayah kekeringan yakni Bontoa, Lau, Maros Baru, dan Marusu dengan total 21.139 jiwa yang terdampak,” jelasnya pada Selasa (1/10/2024).
Saat ini, BPBD Maros telah menyalurkan 120 tangki air bersih, dimana pada Kecamatan Bontoa mendapatkan 88 tangki, Kecamatan Lau 8 tangki, dan Kecamatan Maros Baru 24 tangki.
“Total air yang telah tersalurkan mencapai 600.000 liter, dengan penyaluran 30.000 liter per hari menggunakan truk tangki berkapasitas 5.000 liter,” tambah Nasrul.
Penyaluran air dilakukan di satu titik yang dekat dengan pemukiman warga, sehingga warga dapat membawa wadah masing-masing untuk menampung air.
Namun, Nasrul mengakui adanya sejumlah kendala dalam proses distribusi. Salah satunya adalah jarak pengambilan air yang jauh dari lokasi terdampak, sehingga penggunaan BBM menjadi tinggi.
Selain itu, antrean BBM yang panjang menyebabkan penyaluran terkadang berlangsung hingga malam hari.
“Banyak juga mobil tangki yang menjual air yang mngambil air di sumber air tersebut, sehingga kami juga harus antre,” sebutnya.
Saat ini, BPBD Maros menghadapi keterbatasan anggaran dalam menyalurkan air bersih. Menurut Nasrul, pihaknya sudah kehabisan anggaran, sementara musim kemarau masih berlanjut.
“Kami hanya punya Rp30 juta dari anggaran tahunan BPBD, padahal kemarau masih terdampak sampai sekarang,” ujarnya.
Untuk itu, BPBD Maros juga meminta bantuan dari berbagai organisasi dan perusahaan guna membantu penyaluran air bersih. Sejauh ini, bantuan datang dari PMI Maros, PT Pertamina Patra Niaga, Baznas Maros, Kurir Langit, Laskar Merah Putih, dan lainnya.
Penulis : Tim Liputan
Editor : Asis